Simple Activity 3

Menjadi “sustainable” saja tidak cukup, keberlanjutan hanya membatasi kerusakan lingkungan, tetapi tidak memperbaiki apa yang rusak. Untuk menyuarakan isu ini, mahasiswa Arsitektur UPH angkatan 2019 dan 2020 menampilkan karyanya, Regenerative Generation pada tanggal 16-20 November 2022, di acara NAIFEST (National Architecture Installation Festival) yang merupakan bagian dari acara IndoBuildTech Expo 2022 di ICE BSD City. Berawal dari mata kuliah “Arsitektur dan Representasi” dan “Teknologi Tepat Guna”, mahasiswa Arsitektur UPH mengajak publik untuk melihat akan pentingnya “regenerasi”, agar perubahan iklim yang semakin buruk tidak hanya diperlambat tetapi juga diperbaiki.

Instalasi kolaboratif antara mahasiswa Arsitektur UPH dan Monokroma Architect, sebagai kolaborator desainer, berusaha mengajak publik dengan cara memperlihatkan berbagai cara yang inovatif untuk menanggapi dan memperbaiki masalah-masalah krisis iklim. ReGe (Regeneartive Generation) adalah usaha prodi Arsitektur UPH dalam menciptakan generasi pelajar yang tidak hanya melihat isu “sustainability”, tetapi melampauinyaPelajar dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan untuk “meregenerasi” oleh beberapa profesional yang memiliki tujuan sama

Pembuatan pameran dan instalasi dengan material dari hasil daur ulang sampah plastik yang merupakan hasil dari kolaborasi antara mahasiswa bersama Mortier (manufacturer bahan daur ulang plastik). Dengan visi yang sama, mengurangi sampah di TPA, Mortier mendukung penuh pembuatan instalasi ReGe, mulai dari fase eksperimen, uji coba, hingga produksi.

Terdapat dua mata kuliah yang terlibat dalam pembuatan instalasi ini. Dalam proses pembelajaran mata kuliah “Arsitektur dan Representasi”, mahasiswa mempelajari cara menceritakan dan mempresentasikan ide dari sebuah bangunan dan material. Sedangkan, dalam mata kuliah “Teknologi Tepat Guna”, mahasiswa menggunakan material-material ramah lingkungan dan sistem bangunan hijau guna untuk meregenerasi alam.

Sehingga terdapat 4 bagian—dua dari setiap mata kuliah—dalam instalasi ReGe yaitu Bianpoen dan Gerejanya, Box Katalog Rongga, Taman Petanu, dan Organic Bricks.

Bianpoen dan Gerejanya. Bianpoen yang merupakan eks dosen Arsitektur UPH tahun 1996 hingga 2017. Beliau merupakan salah satu dari arsitek pertama yang sudah lama berkarir di Indonesia. Selama karirnya, ia membangun dua gereja; Gereja Santo Kristoforus dan Gereja Bunda Maria Perantara. Mahasiswa “Arsitektur dan Representasi” melihat prinsip desain dari gereja “Untuk Manusia dan Alam” yang diterapkan pada gereja rancangannya. Untuk upaya melestarikan karya Bianpoen, mahasiswa menceritakan kembali konsep-konsep dari gereja rancangannya.

Box Katalog Rongga. Mahasiswa “Arsitektur dan Representasi” berkolaborasi membuat katalog material dengan Playo untuk Pameran Ruang Rongga di ICAD, Grand Hotel Kemang. Playo adalah tempat bermain bagi para desainer dengan pemikiran interdisipliner untuk bereksperimen dan bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah lokal.

Taman Petanu. Mahasiswa “Arsitektur Tepat Guna” belajar bersama Alam Santi perihal sebuah kawasan hunian ramah lingkungan di Gianyar Bali. Alam Santi memiliki ekspertis yang unggul dalam bidang permakultur dan sistem bangunan hijau, serta studi kasus yang nyata yang dapat dipelajari langsung oleh mahasiswa. Tujuan proyek ini adalah meregenerasi lahan rerumputan non-produktif akibat penebangan hutan liar, agar kembali bermanfaat bagi manusia dan alam.

Organic Bricks. Bekerjasama dengan Mycotech, mahasiswa “Arsitektur Tepat Guna” bereksperimen mendesain bentuk material bangunan yang baru dengan sistem susun dari bahan organik, yaitu jamur. Mycotech merupakan perusahaan bioteknologi yang berfokus mengeksplorasi material miselium (jamur). Tujuannya adalah untuk mengurangi limbah akibat industri konstruksi.

Pada akhirnya, ReGe menjadi ajang untuk membuka suara mengenai pentingnya generasi yang meregenerasi alam. Kolaborasi dengan berbagai arsitek, manufacturer dan profesi dibidang lain menempatkan mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dan menyeluruh terkait isu krisis iklim. Di sisi lain, publik juga dapat melihat bagaimana proses pembelajaran arsitektur di UPH yang beradaptasi untuk mengarah pada isu-isu kritikal saat ini.

Scroll to Top